Senin, 27 Desember 2010
Minggu, 14 November 2010
Senin, 01 November 2010
Senin, 18 Oktober 2010
Minggu, 17 Oktober 2010
Air Tuak Dari Sukabumi
Yah, mungkin itu judul yang pantas untuk ditempatkan di blog kali ini...
Bapak itu datang dari Sukabumi, langsung menuju Stasiun Djuanda. Dan kami bertemu di depan halte busway Monumen Nasional, sekitar pukul 11.oo WIB.
Pernah melihat penjual air tuak kan?
pernah mencoba untuk memikul bambu yang isinya air tuak itu?
saya juga belum pernah, namun dipastikan cukup berat bagi kita orang awam atau orang kota yang bisanya hanya mengendarai motor atau mobil, dan tidak pernah memikul beban berat.
paling yang berat berat itu hanya pikiran...
Yah, begitulah orang kota..
Lanjut, Bapak tersebut langsung berhenti di depan Museum Nasional karena Ia melihat banyaknya penjaja makanan dan minuman yang berjualan di sana.
Sesampainya di sana, ia istirahat sejenak. Tanpa menunggu lama, pembeli pertama menghampiri. Tak lain, tak bukan ia adalah salah seorang penjual air mineral di depan Museum.
Baginya, jarang sekali menemukan minuman seperti ini di Jakarta.
Kemudian, tanpa menunggu lama, pembeli kedua menghampiri. ia adalah salah seorang wanita yang notabene adalah temanku sendiri. Beli satu untuk kita bertiga (termasuk saya dan teman saya seorang lagi).
Subhanallah, rezeki Allah akan selalu lancar bagi orang-orang yang bersabar dan berikhtiar.
pembeli ketiga dan seterusnya datang berlanjut.
Kadang, ia tak jarang menengok persediaan air tuak di dalam tabung bambu, masih ada ataukah sudah habis.Bahkan, ketiga ada tetesan air tuak yang tumpah ke tangan saat menuang, ia menjilatnya. Sesungguhnya, memang itulah yang disunahkan oleh Nabi Muhammad SAW, janganlah kita menyia-nyiakan makanan. Bila makanan itu jatuh, ambil dan jilatlah. Karena kita tidak tahu mana dari jilatan itu yang membawa berkah".
Subhanallah
Ia disana, tidak sendiri. Banyak penjaja makanan dan atau minuman yang ada di sekitar kawasan Museum Nasional atau yang biasanya disebut Museum Gajah.
Rabu, 09 Juni 2010
Sabtu, 29 Mei 2010
Hunting @Pulau Untung Jawa
Untung Jawa? Ya, Untung Jawa, sebuah pulau yang terletak di gugusan Kepulauan Seribu. Kami berangkat (starting point) dari Stasiun Kota naik kereta menuju stasiun Tangerang. Yah, meskipun telat akhirnya kami naik kereta yang jam 10.00. oh ya, kereta yang kami naiki adalah kereta ekonomi AC dengan harga tiket 5.000,-.
Nah, sekitar 40 menit kami tiba di stasiun Tangerang. Sambil menunggu teman kami Eko, kami berpencar untuk mencari tempat makan enak apalagi kalau bukan WARTEG. Sekitar jam 11.30 semua telah berkumpul kembali, angkot sudah dicarter. Berangkatlah kami dari Stasiun tersebut langsung menuju Tanjung Pasir. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Kemudian, dari Tanjung Pasir dengan harga tiket 2.500 perorang, dilanjutkan menyewa perahu dengan harga tiket 20.000,- (Pulang Pergi), kebetulan kami sudah menyewa perahu dari hari sebelumnya. Perahu ini langsung menuju Pulau Untung Jawa, yang membutuhkan waktu sekitar 20 menit.
Akhirnya, tibalah kami di Pulau Untung Jawa, turun di dermaga, langsung melihat air laut yang bening tanpa karang, yang ada hanya tanaman laut di sekitar dermaga, dangkal pula. Pulau ini memang pulau seperti daerah administrative lainnya di Jakarta. Ada sekolah, kepolisian, kelurahan, ruang serbaguna, tempat pemakaman umum, dan juga tempat penginapan / homestay.
Disana kami menyewa penginapan yang berupa kamar satu + kamar mandi dengan biaya 200.000/malam. Untuk tempa wisata, harga seperti itu sudah cukup menjangkau bagi siapa saja. Disana bagi anda yang suka makan, disediakan wisata kuliner. Untuk makan, kami sudah membicarakannya dengan orang sana, dan menyewa makan dalam bungkus nasi box dengan lauk yang berbeda. 3x makan yaitu makan malem dengan lauk ikan & ayam, lalu besok paginya dengan nasi goreng + telor, kemudian terakhir di siang harinya sebelum pulang dengan lauk ayam bakar. Kesemuanya dengan harga 10.000,- per porsi.
Sore di hari pertama dihabiskan dengan hunting sunset. Namun sayang, sunsetnya kurang sempurna, jadi y seperti itulah adanya. Besok pagi berpencar dilanjutkan dengan hunting sunrise, meskipun tidak begitu sempurna seperi sunset, namun disana saya bertemu dengan anak-anak kecil di depan sekolahnya mereka sedang bermain. Ada yang belum mandi, masih berpakaian dengan piyama, dengan naik sepeda. Lumayan bisa menangkap ekspresi mereka ketika pagi menjelang. Setelah matahari sedikit naik, saya bertemu dengan fahrul dan angkegi. Mereka juga sedang hunting di sekitar dermaga dua.
Lalu dengan didot pula, kami berhenti di sekitar bibir pantai yang masih sangan sepi dan cukup bersih. Kami bertiga berenang merasakan air laut disana. Meskipun banyak karang, tak apalah. Sedangkan si angkegi mencari karang, biji congklak, biji salak. Pokoknya semua biji2an dicari sama dia. Begitu pula denganku, mencari seoonggok mutiara(halah..) engga deng, mencari pasir dan oleh2 lainnya untuk sang pacar. Hari kemarin memang sudah mendapat satu botol pasir sih,,tapi kurasa masih kurang. Setelah berenang, kami juga tidak mau kalah, ikutan mencari apa yang bisa dicari disekitar bibir pantai, mulai dari pasir, cangkang keong, dll.
Sepulang dari habis mandi kami berjalan menelusuri perkampungan disana, melewati hutan bakau, dan lain sebagainya. Perjalanan sekitar 30 menit menelusuri wilayah tersebut. Namun untuk yang tidak kuat berjalan kaki, disewakan sepeda dengan tariff Rp.5.000,- / jam.
Sekitar pukul 13.00 kami bersiap-siap (packing) untuk perjalanan pulang meninggalkan pulau yang cukup menarik, namun mempunyai kendala seperti di kota-kota besar yakni Sampah. Hampir di setiap sisi pulau dapat ditemui sampah berserakan. Hingga anak kecilpun mempunyai harapan “kapan pulauku bersih dari sampah?”.
Namun sambil menunggu kapal Pak Bendot datang, kami foto-foto dokumentasi terlebih dahulu. Dan perjalanan pulangpun dimulai meski sedikit ngaret. Naik perahu, tiba di Tanjung Pasir jam 15.00, setelah itu kami berkumpul untuk makan, sambil menunggu angkot yang telah kami carter datang. Sekitar pukul 17.00 angkot kami tiba di stasiun Tangerang, dilanjutkan dengan naik kereta menuju stasiun kota. Tiba disana sekitar pukul 18.20.
Dari kota, kami berpisah ada yang naik angkot, kereta menuju depok dan saya sendiri naik busway menuju Blok M , dengan dilanjutkan dengan naik metro mini 74. Akhirnya tiba di rumah pukul 20.20. di rumahku, sudah menunggu, sahabat-sahabatku yang memang merencanakan kumpul hari itu. Mereka telah datang di rumahku dari sore, ditemani oleh Rezhi adeku.
Semoga lain waktu, masih banyak acara-acara seperti ini lagi.
Terima kasih kawan Lightpainting Photography Unindra.
Kamis, 27 Mei 2010
BAGAIMANA CARANYA ?
Beberapa hal yang menyenangkan saat berpergian ke luar negeri dan menggunakan kamera anda sebagai jembatan untuk menghubungkan dengan penduduk setempat. Terutama di negara dan daerah-daerah yang sedang berkembang, anda mungkin menemukan bahwa banyak orang yang tidak memiliki foto dari masyarakat tersebut - dan tentu saja tidak dengan kamera SLR. dengan beberapa hal yang perlu diingat, dan dengan sedikit proaktif, anda mungkin menemukan perjalanan internasional yang dipenuhi oleh beberapa orang yang spesial dalam gambar yang sangat bercerita.
1. Menjadi Akrab
Setiap lokasi tentunya berbeda, jadi selalu ingatlah akan keselamatan di dalam fikiran anda. Secara umum, jika anda kembali ke lokasi atau tempat yang sama beberapa kali, atau jika anda perlahan menelusuri daerah tersebut, itu memudahkan untuk membiasakan penduduk setempat dengan anda dan kamera anda. Tanpa harus mempunyai tingkat keakraban, tentunya hal ini lebih menantang untuk mendapatkan izin dalam mengambil foto atau bahkan gambar dari tetangga. jadilah orang yang ramah, dengan menjalin keakraban, dan orang-orang akan menyambut baik kedatangan anda.
Aku menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit di jalan dari pasar di India sebelum mengambil potret ini. Aku mengangguk dan tersenyum dengan 5 aktivitas masyarakat di sekitarku. Aku membuatnya sangat jelas ,dan tanpa ancaman. bahkan menjadi teman.
2. Menciptakan Kontak Mata dan Permintaan Izin
Bila anda berada di sebuah negara asing dan tidak dapat berbicara bahasa setempat, hal ini masih dianggap penting untuk berkomunikasi dan meminta izin terlebih dahulu. Dengan menggunakan bahasa nonverbal bisa menjadi salah satu kuncinya. Sering melakukan kontak mata, tersenyum, dan tahan kamera ketika sedang meminta izin. Setelah itu, kebanyakan dari mereka akan memberikan pernyataan untuk mau atau tidak difoto, dan itu sangat penting untuk menghormati permintaan mereka.
Aku tersenyum pada orang tua ini beberapa kali sebelum memegang kamera sebagai permintaan tidak langsung untuk mengambil fotonya. dia sangat senang untuk menyetujui bahkan terus menatap langsung ke kamera tanpa berkedip.
3. Pergi Ontuk Menemukan Sebuah Cerita
Apa yang membuat sebuah potret dari lokasi internasional menjadi lebih menarik. Seringkali jawabannya adalah cerita yang dapat anda ceritakan melalui karya foto. Siapa diri mereka? Dimana mereka berasal? Apa yang mereka lakukan? Seperti Apa latar belakang mereka?
Saya terpesona oleh kisah orang ini. Dia adalah seorang tukang reparasi sepatu, seperti menyemir, sol sepatu, dll, dimana 'kantor' dan 'rumah'nya menjadi satu - di pinggiran jalan pasar ini. Dalam arti, dia adalah seorang tunawisma, tapi dalam artian yang lain, dia juga memiliki rumah. Cerita itu cukup mencengkeram di keterangan dalam konteks.
4. Mengatur Unsur-unsur yang Ada Ke Dalam Komposisi
Sebuah tumpukan tekstur, berbagai unsur dan subjek = semua itu harus bekerja sama saat dikomposisikan dalam gambar. Ingat, subjek adalah yang paling penting, tetapi ada hal-hal lain yang dapat menambah kekuatan dari foto anda sebagai subjek tambahan / sekunder.
Ada manyak elemen yang memberikan dukungan kepada tukan reparasi sepatu ini. Sepatunya. Alat-alatnya. Pakaian yang tergantung di belakangnya. Dan lain sebagainya. Kesemua elemen ini memberikan konteks yang lebih besar dalam sebuat alur cerita dan dengan demikian saya juga diatur sesuai dengan hal tersebut.
5. Berinteraksi dan Bergaul
Unsur manusia - ekspresi dan karakter - memberikan sebuah nilai artistik yang unik dalam foto anda. Interaksi anda dengan subjek akan menentukan banyak hal tentang foto; tampilan dan nuansa, mood, dan lain-lain. Setelah anda mengcapture foto, pastikan untuk berbagi karya anda dengan si Subjek yang difoto. Anda mungkin dapat menyampaikan sesuatu yang benar-benar tak ternilai harganya.
Saya sangat bersyukur bisa melakukannya.
http://digital-photography-school.com/how-to-take-international-street-portraits
Jumat, 02 April 2010
hunting melihat momen yg ada..
di tengah malam awan mulai mendung, ditemani dengan kilatan dari halilintar tanpa ada bunyi..
di hari ini bertepatan juga dengan hari Jumat Agung bagi umat katholik.
kucoba tangkap semua yang berhubungan dengan basa-basi saya diatas..dan kupersembahkan untuk sendaljepithitam, kekasihku....karena,
..
simbol dari sebuah tempat ibadah dekat barito...diantara rerimbun pohon beringin...ini sebagai simbol kepercayaan dari orang yang kusayang.meskipun kita berbeda...
ini sebuah halilintar yang bis kurekam dengan kamera canon 1000D, lensat kit...halilintar juga menyimbolkan sebagai sebuah kemarahan yang terjadi diantara kita di hari itu beranjak dari tempat tersebut..baru perselisihan itu terjadi.
halilintar + air mancur