Yah, mungkin itu judul yang pantas untuk ditempatkan di blog kali ini...

Bapak itu datang dari Sukabumi, langsung menuju Stasiun Djuanda. Dan kami bertemu di depan halte busway Monumen Nasional, sekitar pukul 11.oo WIB.
Pernah melihat penjual air tuak kan?
pernah mencoba untuk memikul bambu yang isinya air tuak itu?
saya juga belum pernah, namun dipastikan cukup berat bagi kita orang awam atau orang kota yang bisanya hanya mengendarai motor atau mobil, dan tidak pernah memikul beban berat.
paling yang berat berat itu hanya pikiran...
Yah, begitulah orang kota..
Lanjut, Bapak tersebut langsung berhenti di depan Museum Nasional karena Ia melihat banyaknya penjaja makanan dan minuman yang berjualan di sana.
Sesampainya di sana, ia istirahat sejenak.

Baginya, jarang sekali menemukan minuman seperti ini di Jakarta.
Kemudian, tanpa menunggu lama, pembeli kedua menghampiri. ia adalah salah seorang wanita yang notabene adalah temanku sendiri. Beli satu untuk kita bertiga (termasuk saya dan teman saya seorang lagi).


Subhanallah, rezeki Allah akan selalu lancar bagi orang-orang yang bersabar dan berikhtiar.
pembeli ketiga dan seterusnya datang berlanjut.


Kadang, ia tak jarang menengok persediaan air tuak di dalam tabung bambu, masih ada ataukah sudah habis.


Ia disana, tidak sendiri.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar